ADA APA DENGAN BULAN SAFAR ?

 6,196 total views,  2 views today

ADA APA DENGAN BULAN SAFAR ?
Oleh Abu Rufaydah

Bulan ini dinamakan Safar (kosong/nol) karena kota Makkah (seolah-olah) kosong dari penghuninya apabila orang-orang bersafar. Dinamakan juga Shafar karena dahul memerangi kabilah-kabilah lalu ditinggalkan begitu saja karena tidak memiliki barang apapun (untjk dijarah). (Ibnu Mundzir, Lisaanul Arab, IV/462-463)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan:

صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ

Artinya, “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.” (Ibnu Katsir, Tafsîrubnu Katsîr, [Dârut Thayyibah, 1999], juz IV, halaman 146).

Alasan lain disampaikan oleh Imam Ibnu Manzhur (wafat 771 H). Belaiu menuturkan, ada beberapa alasan mendasar di balik penamaan bulan Safar, yaitu: (1) sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir; (2) orang Arab memiliki kebiasaan memanen semua tanaman yang mereka tanam, dan mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanamanan pada bulan Safar; dan (3) pada Safar orang Arab memiliki kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong) karena mereka tinggalkan akibat rasa takut pada serangan orang Arab. (Muhammad al-Anshari, Lisânul ‘Arab, [Beirut, Dârus Shadr: 2000], juz IV, halaman 460).  

Masyarakat jahiliah juga menganggap bulan ini sebagai bulan sial. Mereka tidak berani mengadakan acara penting dan perjalanan jauh di bulan ini. Ketika Islam datang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghapus keyakinan ini. Bukti bulan ini bukan bulan sial diantaranya;

  1. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam melangsungkan pernikahan dengan Sayyidah Khadijah pada bulan Safar;
  2. Pernikahan antara Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah az-Zahra juga di bulan Safar;
  3. Hijrah Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah bertepatan dengan bulan Safar;
  4. Perang pertama, yaitu perang Abwa terjadi pada bulan Safar, di mana umat Islam jusrtu mendapatkan kemenangan telak atas kaum kafir;
  5. Pada bulan Safar juga terjadi peperangan hebat yaitu perang Khaibar, dan kemenangan diraih oleh umat Islam.

Di masyarakat Indonesia ada keyakinan dan ritual di Rebo Wekasan. Mereka beranggapan bahwa pada bulan ini Allah menurunkan 360.000 macam malapetaka dan 20.000 macam bencana kebumi dan semua itu terjadi pada hari rabu terkahir di bulan shafar. Jika sekiranya berita ini benar adanya tentunya akan ada ayat atau hadits yang menerangkan perihal diatas.

Hadis sahih seputar bulan Safar

  1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular, tidak ada shafar, dan tidak ada hammah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
  2. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular, tidak ada shafar. Allah menciptakan segala sesuatu serta Allah tetapkan jatah usianya, rezekinya, dan musibahnya.” (HR. Ahmad dan At-Turmudzi; dinilai sahih oleh Al-Albani).

Keterangan:
Perselisihan ulama tentang makna kata ”shafar” dalam hadis

  1. Makna “safar” pada hadis di atas adalah ‘penyakit yang merusak perut, yang bentuknya seperti cacing’. Menurut orang Arab, penyakit ini lebih parah dibandingkan kudis. Mereka meyakini, barang siapa yang terkena penyakit shafar, pasti sebentar lagi akan mati. Adapun kaitannya dengan makna hadis “tidak ada shafar” adalah untuk menolak keyakinan masyarakat jahiliah, bahwa setiap yang terkena shafar pasti mati. (lihat Fathul Baari, X/188).
  2. Makna “shafar” pada hadis di atas adalah bulan Shafar (bulan kedua di tahun qamariah). Ulama, yang memilih pendapat ini, berselisih pendapat tentang makna “tidak ada shafar”:

 Maksudnya, bahwa masyarakat jahiliah dilarang untuk berperang di “bulan haram”, salah satunya adalah bulan Muharram. Namun, jika perang mereka belum selesai ketika hilal bulan Muharram tiba, mereka membuat aturan sendiri dengan tetap melanjutkan peperangan, dan mereka menunda larangan perang ke bulan Safar. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghilangkan aturan penundaan ini. Keterangan ini adalah pendapat Imam Malik bin Anas rahimahullah.

 Masyarakat jahiliah memiliki keyakinan tentang kesialan tentang bulan Safar. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghapus keyakinan ini. Keterangan ini merupakan pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Rajab.

Diausun oleh Abu Rufaydah Endang Hermawan Unib

Referensi :
1. Buku Ritual Sunnah Setahun.
2. website jabar.nu.or.id

Leave a Comment