5 AMALAN DI HARI KELAHIRAN

Loading

5 AMALAN DI HARI KELAHIRAN
Oleh Abu Rufaydah

Anak merupakan salah satu nikmat terbesar yang Allah anugrahkan kepada siapa saja yang Allah kehendaki dan Allah menahan nikmat-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Kehadiran anak di setiap keluarga akan memberi kegembiraan tersendiri, karena selain menyenangkan jiwa kehadiran anak juga akan memberikan warna lain dalam keluarga. Maka setiap kelahiran seorang anak harus disambut dengan kebahagiaan. Malaikat pun memberika kabar gembira kepada Nabi dan Rasul ketika mereka dianugrahi anak.

Berikut ini 5 catatan penting yang harus orang tua ketahui;

  1. Abdul Mun’im Ibrahim mengatakan bahwa salah satu hal yang seharusnya dilakukan oleh orang tua ketika menyambut kelahiran anak adalah menyambutnya dengan penuh kerelaan dan kegembiraan, baik yang lahir itu laki-laki maupun perempuan. Orang tua tidak boleh merasa menyesal dan marah atas kelahirannya. Karena sikap seperti itu adalah sikap orang-orang jahiliyah dahulu. Karena kita semua sama sekali tidak mengetahui di mana kebaikan dan manfaat itu ada, apakah dari anak laki-laki atau pada anak perempuan. ( Tarbiyatul Banaat fil Islam secara ringka

Oleh sebab itu setiap muslim seyogyanya husnudhon kepada Allah, seperti husnudhonnya ibunda Maryam ketika menyambut kelahiran Maryam, walaupun ia berharap dikaruniai anak laki-laki. Tapi Allah Maha Mengetahui mana yang terbaik untuknya, maka Maryam menjadi wanita pilihan Allah dan wanita satu-satunya yang disebutkan secara jelas di dalam al-Qur’an.

Imam Baehaqi Rahimahullah berkata : Setiap muslim yang dikaruniai anak, baik laki-laki maupun perempuan, maka ia wajib bersyukur dan mengucapkan alhamdulillah atas karunia tersebut. Karena Allah telah menciptakan dari dirinya manusia yang sam dengannya dan dinisbatkan kepada dirinya. ( Syuabul Iman, 6/389 Fii Huquqil Walad wal Ahliha).

  1. Memohon perlindungan dari godaan setan. Salah satu diantara contoh hal ini adalah apa yang dipraktekkan oleh istri Imran, yang merupakan ibunya maryam. Allah menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan Maryam,

Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).

Satu hal yang istimewa, karena doa ibunda Maryam ini, ketika Maryam lahir, dia tidak diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah mengabulkan doa ibunya Maryam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ بَنِي آدَمَ مَوْلُودٌ إِلَّا يَمَسُّهُ الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلُّ صَارِخًا مِنْ مَسِّ الشَّيْطَانِ، غَيْرَ مَرْيَمَ وَابْنِهَا

Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk dengan tangan setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena disentuh setan. Selain Maryam dan putranya. (HR. Bukhari 3431). Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, membaca surat Ali Imran ayat 36 di atas.

  1. Dianjurkan memberikan kabar gembira dengan kelahiran seorang anak. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’alaKemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedangkan ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (ia berkata): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya”. (QS. Ali Imraan: 39).
  1. Mentahnik adalah mengunyah sesuatu lalu meletakkan dan mengusap-usap kunyahan itu di mulut bayi. Hal ini dilakukan agar bayi mau makan dan membuatnya kuat. (Fathul Bari, Ibnu Hajar, IV/588). (mengunyah buah kurma, lalu mengolesinya ke langit-langit mulut si bayi) dan mendoakan keberkahan untuknya (seperti mengucapkan Baarakallahu fiih).

Selain sunnah yang dianjurkan, mentahnik juga akan membuat bayi merasa tenang dan aman atas kelangsungan makanannya. Ia akan merasa dapat perhatian, terlebih lagi buah kurma yang diberikan kepadanya dikunyah terlebih dahulu, sehingga meningkatkan kadar gula yang disukai olehnya. Dalam tuntunan ini terkandung pelajaran untuk melatih sang bayi agar nanti terbiasa mengonsumsi makanan barunya yang ia sedot dari mulutnya agar ia terbiasa.

Dr. Sa’id ibn Ali ibn Wahf al-Qahthani menyebutkan dalam kitabnya al-Hadyu an-Nabawi fii Tarbiyatil Aulad fii Daui al-Kitab wa Sunnah menyebutkan tiga hadits tentang anjuran tahnik pada bayi walaupun masih banyak hadits-hadits lain yang menunjukan sunnahnya mengoleskan kurma pada langit-langit mulut bayi. Salah satunya hadits dari Abu Musa Radhiallahu Anhu:

عَنْ أَبِى مُوسَى – رضى الله عنه – قَالَ : وُلِدَ لِى غُلاَمٌ ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ ، وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ.

Dari Abu Musa ia berkata: Anak saya lahir, lalu saya membawanya kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Beliau menamainya Ibrahim, mentahkniknya dengan kurma dan mendoakan keberkahan untuknya.”(HR. Bukhari).

Berkata Imam Nawawi Rahimahullah berkata: “Dalam hadits-hadits ini ada faidah, di antaranya : dianjurkan mentahnik anak yang baru lahir, dan ini merupakan sunnah dengan ijma’. Hendaknya yang mentahnik adalah orang yang shalih dari kalangan laki-laki atau wanita. Tahnik dilakukan dengan kurma dan ini mustahab, namun andai ada yang mentahnik dengan selain kurma maka telah terjadi perbuatan tahnik, akan tetapi tahnik dengan kurma lebih utama. Faidah lain diantaranya menyerahkan pemberian nama untuk anak kepada orang yang shalih, maka ia memilihkan untuk si anak nama yang ia senangi”. ( Syarhu Muslim (14/372)

Berkata Imam Al-Aini Rahimahullah: “Bila engkau bertanya apa hikmah tahnik ? Aku jawab : Berkata sebagian mereka : Tahnik dilakukan sebagai latihan makan bagi bayi hingga ia kuat. Sungguh aneh ucapan ini dan betapa lemahnya … dimana letaknya waktu makan bagi bayi dibanding waktu tahnik yang dilakukan ketika anak baru dilahirkan, sedangkan secara umum anak baru dapat makan-makanan setelah berusia kurang lebih dua tahun.

Sebenarnya hikmah tahnik adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si anak dengan keimanan, karena kurma adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seorang mukmin dan juga karena manisnya. Lebih-lebih bila yang mentahnik itu seorang yang memiliki keutamaan, ulama dan orang shalih, karena ia memasukkan air ludahnya ke dalam kerongkongan bayi. Tidaklah engkau lihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mentahnik Abdullah bin Az-Zubair, dengan barakah air ludah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Abdullah telah menghimpun keutamaan dan kesempurnaan yang tidak dapat digambarkan. Dia seorang pembaca Al-Qur’an, orang yang menjaga kemuliaan diri dalam Islam dan terdepan dalam kebaikan. ( Umdatul Qari bi Syarhi Shahih Al-Bukhari (21/84) oleh Al-Aini).

Dr. Adnan Hasan Shaleh Baharist mengatakan tahnik dilakukan oleh ayah, ulama, kerabat atau teman yang dipandang shalih dan memiliki kemuliaan akhlaknya. Bila kurma tidak ada, tahni dapat dilakukan dengan memakai buah manis. Akan tetapi, lebih utama dilakukan dengan menggunakan kurma, karena mengikuti sunnah Rasulullah. Rasa manis yang dirasakan oleh bayi akan memberikan kesan yang dalam sehingga untuk waktu yang akan datang anak akan cenderung terhadap hal-hal yang manis dan indah. Sebaiknya bayi tidak diberi makanan sebelum dia ditahnikkan. (Masuliyatul Ab al-Muslim fii Tarbiyatul Aulad).

Walau pun para Ulama berbeda pendapat hikmah dianjurkannya tahnik. Tapi kita sepakat bahwa tahnik memiliki keutamaan dan manfaat yabg besar untuk bayi. Di zaman sunnah ini sudah ditinggalkan. Kita memohon kepada Allah agar kita dimudahkan dalam melakukan amalan-amalan shaleh.

  1. Memberi Ucapan selamat. Abu Bakr ibn al-Munzir bercerita bahwa al-Hasan al-Bashri pernah didatangi seorang laki-laki. Pada saat itu di hadapan al-Hasan telah ada lelaki lain yang mendapatkan anugrah seorang anak. lelaki yang datang itu pun mengucapkan selamat, selamat, semoga dia nanti menjadi penunggang kuda. Al Hasan berkata : apa yang menyebabkan kamu tahu bahwa dia bakal menjadi penunggang kuda atau penunggang keledai ? Orang itu bertanya, lalu apa yang harus aku ucapkan ? al Hasan menjawab, katakanlah :

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ

Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”

Sedang orang yang diberi ucapan selamat membalas dengan mengucapkan:

بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ

Semoga Allah juga memberkahmu dan melimpahkan kebahagiaan untukmu. Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan, mengaruniakan kepadamu sepertinya dan melipatgandakan pahalamu. (Lihat Al-Adzkar karya al-Imam An-Nawawi hal. 349 dan Shahih Al-Adzkar lin Nawawi oleh asy-Syaikh Salim Al-Hilali (2/713).

Namun ketahuilah bahwa lafadz ini bukan dari Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, yakni riwayatnya tidak marfu’ atau tidak disandarkan kepada Rosululloh. Akan tetapi al-Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyandarkan lafadz do’a ini kepada al-Husain Rodhiyallohu anhu.

Jamal Abdurrahman berkata: Memberikan ucapak selamat dan memberi hadiah atas kelahiran bayi jelas akan menyenangkan keluarga bayi yang baru lahir dan akan menimbulkan nuansa gembira, serta mempererat tali kasih dan ikatan persatuan antara sesama kaum muslimin. ( Athfalul Muslimin Kaifa Rabbahum an-Nabiyyu al-Amiin).

Leave a Comment