70.000 ORANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN ADZAB

Loading

Hushain bin ‘Abdurrahman –rahimahullah– berkata,

 

كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُمَّ قُلْتُ أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ وَلَكِنِّي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْتَرْقَيْتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمْ الشَّعْبِيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ الْأَسْلَمِيِّ أَنَّهُ قَالَ لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَنَ مَنْ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ الْآخَرِ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللَّهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ

 

“Saya pernah bersama Sa’id bin Jubair lalu dia berkata, ‘Siapa di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?‘ Aku menjawab, ‘Aku’. Kemudian aku berkata, ‘Tapi aku tidak sedang mengerjakan shalat. Aku terbangun karena aku disengat (binatang).’ Sa’id lalu berkata, “Lantas apa yang kamu perbuat?‘ Aku menjawab, ‘Aku meminta untuk diruqyah.’ Sa’id bertanya, ‘Apa yang alasanmu sampai meminta diruqyah? ‘ Aku menjawab, ‘Sebuah hadits yang Asy Sya’bi ceritakan kepadaku.’ Sa’id bertanya lagi, ‘Apa yang diceritakan Asy Sya’bi kepada kalian.’ Aku menjawab, ‘Dia telah menceritakan kepada kami dari Buraidah bin Hushaib Al Aslami, bahwa dia berkata, “Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan oleh penyakit ‘ain dan racun (sengatan binatang berbisa).” Maka Sa’id pun menjawab, “Sungguh sangat baik orang melaksanakan dalil yang telah ia dengar.” Hanya saja Ibnu Abbas telah menceritakan kepada kami dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Telah ditampakkan padaku semua umat. Aku melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang). Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekumpulan orang, maka aku menyangka bahwa mereka adalah umatku. Ada yang berkata padaku, ‘Mereka adalah Nabi Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya. Tetapi lihatlah ke ufuk.’ Lalu aku pun memandang, ternyata ada kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam (yakni saking banyaknya orang kelihatan dari jauh). Lalu dikatakan lagi kepadaku, ‘Lihatlah ke ufuk yang lain.’ Ternyata di sana juga terdapat kumpulan kaum yang besar yang berwarna hitam. Dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki surga tanpa dihisab dan disiksa‘.”

 

Setelah menceritakan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bangkit lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang-orang lalu memperbincangkan mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa. Sebagian dari mereka berkata, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ada pula yang mengatakan, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah.” Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka, lalu beliau bertanya, “Apa yang telah kalian perbincangkan?” Mereka pun menerangkannya kepada beliau. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”

‘Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau termasuk bagian dari mereka.” Kemudian ada lagi yang berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ukkasyah telah mendahuluimu.” (HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220)

Dalam riwayat Bukhari disebutkan,

 

هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Mereka itu tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal.” (HR. Bukhari no. 5752)

 

Faedah dari hadits di atas:

  1. Keutamaan Salaf. Mereka berusaha keras untuk ikhlas serta jauh dari sifat riya atau sum’ah, serta mereka tidak mau mengaku-aku melakukan amalan ibadah yang tidak mereka kerjakan. Hushain bin ‘Abdurrahman khawatir jika orang-orang menyangka ia melakukan shalat malam ketika melihat bintang. Ia tidak mau dinilai melakukan ibadah saat itu padahal ia tidak melakukannya.
  2. Perhatian salaf terhadap dalil, yaitu mereka menanyakan landasan perbuatan orang lain. Terlihat ketika Sa’id bin Jubair meminta dalil pada Hushain kenapa ia meminta diruqyah.
  3. Disyariatkan mengikuti dalil dan mengamalkan ilmu. Siapapun yang beramak sesuai dalil berarti dia telah berbuat baik. Berbeda dengan orang yang mengamalkan sesuatu berdasarkan kebodohan, justru ia mendapatkan dosa.
  4. Yang dimaksud ‘ain adalah pandangan tidak suka dari orang yang hasad. Sedangkan humah adalah sengatan kalajengking dan semacamnya.
  5. Cara mengobati Ain selain diruqyah yaitu meminta orang yang hasad untuk berwudhu, lalu bekas air wudhunya diguanakan oleh orang yang terkena ain untuk dibasuhkan keanggota tubuhnya, atau diminum. (Al-Qaulul Mufid Syarah Kitab Tauhid, 58).
  6. Ketinggian adab para salaf, terlihat dari perkataan Sa’id bin dalam menyampaikan ilmu dan bagaimana menyatakan pendapatnya dengan lemah lembut.
  7. Keutamaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya semua umat telah ditampakkan kepada beliau pada saat Isra’ dan Mi’raj.
  8. Hadits yang disampaikan pertama yaitu tidak ada ruqyah yang lebih mujarab kecuali pada ‘ain dan humah dan hadits kedua dari Ibnu ‘Abbas tentang orang-orang yang meninggalkan meminta ruqyah tidaklah kontradiksi atau bertentangan.
  9. Jumlah pengikut para Nabi itu berbeda-beda, bahkan ada Nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Maka yang jadi patokan kebenaran bukan banyaknya pengikut, namun dilihat dari landasan mengikutinya berdasarkan al-Qur’an dan Hadist.
  10. Kewajiban kita mengikuti kebenaran, walaupun pengikut kebenaran itu sedikit.
  11. Bantahan kepada orang atau kelompok yang dalam berdakwah hanya bertujuan mengumpulkan massa, tanpa memperhatikan aqidah dan manhaj.
  12. Keutamaan Umat ini karena paling banyak pengikutnya dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan umat Nabi Musa yang begitu banyak, itu menunjukkan keutamaan Musa dan pengikutnya.
  13. Ada 70.000 orang dari ummat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Mereka itulah orang-orang yang mewujudkan tauhid atau merealisasikan tauhid dengan benar.
  14. Umat Muhammad bisa terbedakan dari umat lainnya karena dilihat dari bekas wudhu mereka.
  15. Ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setiap 1000 dari 70.000 tadi ada 70.000 lagi. Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

وَعَدَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعِينَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفاً

“Rabbku ‘azza wa jalla telah menjajikan padaku bahwa 70.000 orang dari umatku akan dimasukkan surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Setiap 1000 dari jumlah tersebut terdapat 70.000 orang lagi.” (HR. Ahmad 5: 268. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dan sanad hadits ini hasan). Berarti berdasarkan hadits ini ada 4.900.000 orang yang dimaksud.

  1. Boleh berdiskusi atau debat dalam ilmu dan pembahasan Nash Syari guna mengambil faidah dan menampakkan kebenaran
  2. Sifat pertama dari 70.000 orang tersebut adalah tidak meminta diruqyah. Dalam riwayat Muslim disebutkan “laa yarqun”, artinya tidak meruqyah. Tambahan tidak meruqyah di sini keliru karena orang yang meruqyah adalah orang yang berbuat baik. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang ruqyah, beliau bersabda,

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ

“Siapa yang mampu di antara kalian untuk memberi kemanfaatan pada saudaranya, maka lakukanlah“(HR. Muslim no. 2199).

‘Auf bin Malik berkata,

كُنَّا نَرْقِى فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِى ذَلِكَ فَقَالَ « اعْرِضُوا عَلَىَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكًا »

“Kami dahulu pernah meruqyah di masa jahiliyah, kami berkata, “Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang ruqyah yang kami lakukan?” Beliau bersabda, “Tunjukkan ruqyah kalian. Yang namanya ruqyah tidaklah mengapa selama tidak ada kesyirikan di dalamnya.” (HR. Abu Daud no. 3886, shahih kata Syaikh Al Albani).

Alasan lainnya, meruqyah orang lain tidaklah masalah karena Jibril pernah meruqyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meruqyah para sahabatnya.

  1. Perbedaannya antara orang yang meminta diruqyah dengan yang meruqyah yaitu orang yang meminta diruqyah cenderung hatinya bergantung pada selain Allah. Adapun orang yang meruqyah orang lain adalah orang yang berbuat baik.
  2. Sifat kedua orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab yaitu orang yang meninggalkan pengobatan denga Kay, yaitu penyembuhan luka dengan besi panas. Walaupun diperbolehkan berobat dengan kay, tapi meninggalkannya lebih utama.
  3. Sifat ketiga orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab yaitu orang yang tidak bertathoyyur. Tathoyyur adalah beranggapan sial dengan burung atau lainnya. Seperti larangan menikah di bulan Syawal.
  4. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sifat utama dari 70.000 orang tersebut terkumpul pada sifat tawakkal. Karena tawakkal mereka yang sempurna, mereka tidak meminta diruqyah, tidak meminta dikay, dan tidak beranggapan sial. (Miftah Daris Sa’adah).
  5. Tawakkal adalah solusi yang paling utama untuk meraih sebab.
  6. Anjuran untuk berobat dikala sakit dan tidak menafikan tawakkal
  7. Orang yang punya sifat di atas maka ia telah mengamalkan tauhid serta masuk surge tanpa hisab dan adzb. (Mulakhos Tauhid, 40-41).
  8. Keutamaan ‘Ukkasyah bin Mihshan, dia termasuk di antara 70.000 orang tersebut. Ia adalah di antara penunggang kuda terbaik di kalangan Arab dahulu. Beliau mati syahid tahun 12 H ketika berperang bersama Kholid bin Walid memerangi orang-orang yang murtad.
  9. Hadits ini menunjukkan boleh meminta do’a pada orang yang punya keutamaan yang lebih seperti yang dilakukan oleh Ukkasyah pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  10. Ketinggian Akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjawab orang yang meminta setelah Ukksyah dengan menggunakan kata sindiran dan tidak langsung menjawab engkau bukan termasuk dari mereka.
  11. Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Engkau sudah kedahuluan oleh ‘Ukkasyah”. Ini adalah cara Nabi supaya yang lainnya tidak meminta seperti itu lagi. Ini menunjukkan kelemah lembutan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak beliau yang baik.
  12. Orang yang meminta kedua kalinya bukanlah munafik dengan dua alasan: (a) para sahabat Nabi asalnya bukanlah orang munafik, (2) orang yang meminta seperti itu pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– berarti yakin akan benarnya Rasul dan itu tidak muncul dari orang munafik.
  13. Boleh menolak sesuatu dengan cara yang terlihat seperti berbohong, namun maksudnya tidak demikian.
  14. Salah satu mukjizat Nabi, beliau memberitahukan bahwa Ukkasyah termasuk dari 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab. Pada akhirnya Ukkasyah terbunuh sebagai Syahid dalam perang Riddah (perang melawan orang-orang yang murtad).

 

Disusun oleh Ust. Abu Rufaydah

Referensi:

  1. At Tamhid li Syarh Kitabit Tauhid
  2. Taisir Al ‘Azizil Hamid fii Syarh Kitabit Tauhid,
  3. I’anatul Mustafid Syarah Kitab Tauhid.
  4. Al-Qaulul Mufiad Syarah Kitab Tauhid.
  5. Al-Mulakhos fi Syarah Kitab Tauhid.

Leave a Comment