Semua manusia menyakini dengan firtrahnya bahwa ada yang menciptakan, mengendalikan dan mengatur alam semesta ini. Tidak mungkin alam ini ada dengan sendirinya. Namun bagi mereka yang fitrahnya rusak maka kiyakinan ini pun menjadi menyimpang. Padahal Tauhid macam ini tidak diingkari orang-orang musyrik saat Rasul sallallahu’alaihi wa sallam diutus pada mereka, bahkan mereka mengakuinya secara global.
Sebagaimana Firman Allah:
ولئن سألتهم من خلق السماوات والأرض ليقولن خلقهن العزيز العليم (سورة الزخرف: 9)
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf: 9)
Mereka mengakui bahwa Allah adalah yang mengatur semua urusan. Ditangan-Nya semua kekuasaan langit dan bumi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pengakuan terhadap Rububiyah Allah Ta’ala tidak cukup bagi seorang hamba untuk menunjukkan keislamannya, bahkan dia harus mewujudkan sesuatu yang harus menyertainya sekaligus kandungannya, yaitu Tauhid Uluhiyah; Mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah.
Tauhid ini –yakni tauhid rububiyah- tidak ada yang mengingkari mereka yang tahu dari kalangan bani Adam. Tidak ada seorang pun dari makhluk mengatakan, ‘Bahwa alam ini ada dua pencipta yang sama. Tidak seorang pun yang mengingkari tauhid rububiyah. Kecuali,
- Syirik Ta’thil yaitu mengingkari adanya Pencipta.
Syirik Ta’thil ini terjadi pada Fir’aun, maka dia mengingkari karena kesombongan dan pembangkangan. Bahkan dia (semoga Allah melaknatnya) mengaku sebagai Tuhan. Allah berfirman menceritakan tentang dia.
فقال أنا ربكم الأعلى
“(Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Nazi’at: 24)
ما علمت لكم من إله غيري
“Aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” (QS. Al-Qashash: 38)
Ini adalah bentuk kesombongan darinya, karena dia tahu bahwa Tuhan adalah selain dia. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
وجحدوا بها واستيقنتها أنفسهم ظلماً وعلواً (سورة النمل: 14)
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. An-Naml: 14)
Allah berfirman bercerita tentang Nabi Musa ketiak berdialog dengannya,
لقد علمت ما أنزل هؤلاء إلا رب السماوات والأرض
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi.” (QS. Al-Isra: 102)
Padahal diri sendiri mengakui bahwa Tuhan adalah Allah Azza Wa jalla.
Selain Fir’aun yang jatuh pada syirik ini adalah Wihdatul Wujud, seperti Ibnu Arabi’ dan Ibnu Sab’in, atau yang semisal dengannya.
- Syirik Tamtsil, yaitu menyamakan Allah dengan makhluk-Nya dalam kekhususan Rububiyyah Allah. Contohnya :
- Nasrani yang mengatakan bahwa Tuhan itu Trinitas.
- Yahudi yang menjadikan Uzair sebagai tuhan.
- Orang Majusi yang mengatakan, ‘Sesungguhnya alam ada dua pencipta yaitu kegelapan dan cahaya. Meskipun begitu tidak menjadikan dua pencipta ini sama. Mereka mengatakan, ‘Bahwa cahaya itu lebih baik dari kegelapan. Karena ia menciptakan kebaikan, dan kegelapan menciptakan kejelekan. Yang menciptakan kebaikan itu lebih baik dibandingkan yang menciptakan keburukan. Begitu juga kegelapan itu tidak ada dan tidak menyinari, sementara cahaya itu ada dan menyinari. Maka ia lebih sempurna pada zatnya.
- Sakte Qodariyyah, mereka menyakini bahwa manusia yang menciptakan pekerjaannya sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.
- Ubbadul Qubur (yang menyembah Kuburan) mereka meyakini bahwa arwah-arwah para wali mampu menenuhi kebutuhan yang mereka minta kepadanya. Termasuk dalam hal ini orang-orang Shufi.
- Shooibah yaitu yang meyakini bahwa yang mengendalikan alam ini adalah bintang-bintang.
Pengakuan orang-orang musyrik dengan tauhid rububiyah tidak berarti bahwa mereka telah mewujudkan keimanan yang sempurna. Mereka memang mengakui secara global sebagaimana yang diceritakan tentang mereka dalam banyak ayat tadi. Akan tetapi mereka terjerumus dalam keyakinan dan perbuatan yang membatalkannya. Di antara hal itu adalah menyandarkan hujan ke bintang-bintang. Serta keyakinan mereka kepada dukun dan tukang sihir yang mengaku mengetahui perkara ghaib atau perkara kesyirikan dan rububiyah lainnya. Keyakinan rububiah mereka tinggal sedikit dan sangat terbatas jika dibandingkan kesyirikan mereka dalam uluhiyah dan ibadah.
Oleh Ust. Abu Rufaydah
Referensi :
- ‘Taisir Al-Azizi Al-Hamid.
- Al-Qaul Al-Mufid Syarah Kitab Tauhid
- Usul Iman fi Dhaui al-Kitab wa Sunnah.
- Jawabul Kaafi liman Sa’ala ‘an Dawaisy Syafi.
- Tajridut Tauhid al-Mufid
- Ad Diin al-Khalis karya Shiddiq Hasan Khan.
- Al Madhal fi Aqidah al-Islamiyah
Related Post
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.