18 total views, 1 views today
RAMADHAN BULAN AL-QUR’AN
Sahabat yang dirahmati Allah.
Banyak cara yang manusia tempuh untuk menjadi orang mulia. Disana ada orang yang mencari kemuliaan dengan jabatan, namun ketika jabatan itu hilang, hilang pula kemuliaan yang ada padanya.
Ada pula orang yang mencari kemuliaan dengan harta, namun ketika ia jatuh miskin, seiring itu pula kemuliaan hilang darinya.
Ada orang mencari kemuliaan dengan kedudukan, namun ketika kedudukan itu hilang darinya, hilang juga kemuliaannya.
Pernahkah kita berfikir bagaimana Allah memuliakan makhluk-Nya. Lalu kita berusaha untuk mendapatkannya. Setiap makhluk memiliki kedudukan masing-masing di sisi Allah. Tinggal kita mengambil kemuliaan itu dengan apa. Jika mengambil kemuliaan itu seperti yang disebutkan di atas, maka semua kemuliaan itu akan hilang dari kita.
Perhatikan bagaimana Allah memuliakan makhluk-Nya.
Malaikat Jibril, Allah muliakan karena Al-Qur’an.
Nabi Muhammad, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.
Umat Nabi Muhammad, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.
Makkah Madinah, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.
Bulan Ramadhan, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.
Malam Lailatul Qodar, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.
Maka kita pun akan dimuliakan dengan Al-Qur’an
عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري
Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).
Saudaraku yang dirahmati Allah.
Saat ini kita akan masuk gerbang Ramadhan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an. Oleh karena itu mari kita mengisi lembaran harian kita dengan membaca al-Qur’an. Sebagaimana Nabi, para sahabat dan salafus saleh dahulu mengisi ramadhan mereka dengan al-Qur’an.
- Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan, “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Quran. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.”
- Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu bagaimana beliau bersama Al-Quran di bulan Ramadhan. Dikhabarkan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya. Beliau membaca Al-Quran di setiap rakaat shalat yang beliau kerjakan.
- Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, beliau mampu mengkhatamkan Al-Quran di setiap delapan harinya. Sementara shabat Tamim Ad-Dari mampu mengkhatamkannya dalam setiap pekannya.
- Imam kita, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahmatullah ‘alaih, bahkan di bulan berkah ini mampu mengkhatamkan Al-Quran sebanyak enam puluh kali selain Al-Quran yang beliau baca di waktu shalat.
- Qatadah rahmatullah ‘alaih biasa mengkhatamkan Al-Quran setiap pekannya. Jika datang bulan Ramadhan, beliau mampu mengkhatamkannya setiap tiga harinya dan di sepuluh hari terakhirnya beliau mampu mengkhatamkannya di setiap malamnya. (Lathaif Al-Ma’arif : 191).
- Ibrahim An-Nakha’i melakukan hal itu khusus di sepuluh hari terakhir saja, sedangkan untuk sisa bulannya dalam tiga hari sekali. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 191).
- Disebutkan pula bahwa Qatadah biasa mengajar Al-Quran di bulan Ramadhan.
- Imam Malik bin Anas Al-Asbahi rahimahullah yang bergelar Imam Darul Hijrah yang memiliki pengajian dengan hadhirin yang luar biasa banyaknya, belau rela meninggalkan pengajiannya itu dan bergegas membaca Al-Quran.
- ‘Abdurrazzaq menceritakan, “Apabila Sufyan Ats-Tsauri menjumpai bulan Ramadhan, beliau biasa meninggalkan seluruh ibadah (sunnah) dan bergesa membaca Al-Quran.”
- Sufyan meriwayatkan, “Apabila Zubaid Al-Yami memasuki bulan Ramadhan, beliau mendatangkan Al-Quran dan mengumpulkan murid-muridnya.”
- Muhammad bin Mas’ar menceritakan, “Ayah saya tidak pernah tidur sampai beliau membaca setengah Al-Quran.” (Lathaif Al-Ma’arif : 318-319)
Lalu dimana posisi kita dibandingkan mereka ? Padahal al-Qur’an adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah. Karenanya komunikasi harus dimengerti. Artinya membaca al-Qur’an itu kebaikkan, tapi akan lebih baik lagi kalau kita memahami, mentadabburi, lalu mengamalkan kandungannya.
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِنا وَنُورَ صَدْرِنا وَجِلَاءَ حُزْنِنا وَذَهَابَ هَمِّنا
Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami dan cahaya dada kami serta penawar kesedihan kami dan penghilang duka larangan kami)”,
Cianjur, 26 Sya’ban 1439 H
Abu Rufaydah
About the author
Endang Hermawan
Abu Rufaydah Endang Hermawan, Lc. MA. Beliau Lahir di Cianjur tahun 1989 Pendidikan Formal 1. SDN Citamiyang 2. SMP T dan SMA T di PONPES Al-Ma’shum Mardiyah 3. S1 Pendidikan Agama Islam di STAINDO 4. S1 Syari’ah di LIPIA JAKARTA 5. S2 Tafsir al-Qur’an PTIQ Jakarta Saat ini membina Yayasan Ibnu Unib untuk pembangunan Masjid dan Sumur dan Ketua Yayasan Cahaya Kalimah Thoyyibah bergerak di Pendidikan, Sosial dan Dakwah
Related Post
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.