- Seorang yang akan menghadiri majlis ilmu seyogyanya memperbaiki penampilannya dan persiapannya, bahkan orang mengungkapkan: Seseorang harus memperhatikan dirinya dan memperindah penampilan pribadinya di hadapan orang lain; dia harus mandi, menyisir rambut dan jenggotnya, memperbaiki sorbannya dan pakainnya, memakai minyak wangi, bersiwak dan memakai pakaian yang putih bersih serta hendaklah dia melihat dirinya pada sebuah cermin sebelum berangkat menghadiri halaqah ilmu.
- Berjalan dengan tenang dan mengucapkan salam kepada orang yang ditemuinya.
- Saat memasuki maka hendaklah dia sholat dua rekaat sebelum duduk. (jika halaqoh didalam masjid).
- Duduk dekat dengan guru dan tidak menunjuk dengan tangan saat berada di sisinya atau memberi isyarat dengan mata.
- Menghormati guru dan tidak menjelek-jelekkan.
- Sabar dengan sikap guru yang jelek.
- Tidak mencium tengan guru dengan badan membungkuk seperti ruku.
- Kebiasaan orang salaf adalah mencium kepala guru walaupun gurunya tidak senang.
- Tidak melangkahi pundak orang lain akan tetapi duduk pada tempat dia berhenti melangkah menuju majlis kecuali jika guru mengizinkan dirinya untuk maju.
- Tidak membangunkan orang yang sudah duduk di tempatnya sendiri, dan tidak pula duduk di tengah-tengah majlis, atau tidak duduk antara dua orang teman kecuali dengan izinnya, maka jika (mereka berdua) memberikan kelapangan baginya maka dia boleh duduk dan menggabungkan dirinya padanya.
- Mempergunakan ungkapan yang halus saat berbicara dan hendaklah dia berakhlaq yang baik terhadap teman-teman dan shahabatnya di dalam halaqah tersebut. Rasulullah bersabda:
وَخَـالِقِ النَّاسَ بِخُـلُقٍ حَسَـنٍ
Dan bergaullah kepada manusia dengan akhlaq yang baik”. Dan mereka ini lebih utama untuk berakhlaq yang baik.
- Menjadikan kiblat sebagai patokan arah selama memungkinkan dan hendaklah halaqah yang diadakan berbentuk melingkar; Oleh karena itulah para ahli bahasa pada saat mendifinisikan tentang halaqah mereka mengatakan: Perkumpulan sekelompok kaum (dalam sebuah tempat) secara melingkar.
- Tidak mengapa bagi seorang guru untuk duduk di tempat yang lebih tinggi pada saat banyak orang yang hadir.
- Membuka pelajarannya dengan membaca dua kalimah syahadah dan bacaan shalawat kepada Nabi, diceritakan bahwa sebagian tokoh ulama hadits membuka majlisnya dengan membaca sebuah surat dari Al-Qur’an.
- Berdo’a bagi gurunya agar diberikan rahmat, menolak gibah pada majlis yang terjadi pada gurunya sebatas kemampuan, namun jika tidak mampu maka hendaklah dia meninggalkan majlis tersebut.
- Tidak melupakan do’a kaffaratul majlis di akhir pelajaran.
- Meninggalkan berdebat, berbantah-bantahan dan pembicaraan yang tidak bermanfaat saat berada di dalam halaqah.
- Tidak bersikap sombong terhadap orang lain saat berkumpulnya orang-orang miskin.
- Mendengarkan hadits Nabi dengan tenang dan khusyu’.
- Mendengar dan tidak menyibukkan diri dengan sesuatu apapun saat pelajaran berlangsung.
- Tidak memutus pembicaraan guru saat sedang menjelaskan.
- Mengatur, menertibkan dan membagi jadwal pelajaran berdasarkan hari-hari dalam satu minggu. Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu memberikan pelajaran haidits pada setiap hari kamis, Ibnu Abbas memulai pelajarannya dengan tafsir, lalu hadits, kemudian fiqh, setelah itu barulah sya’ir lalu…
- Di dalam halaqah harus dicipatkan kondisi keimanan, nasehat dan saling mengingatkan.
- Ketidakhadiran seorang guru bagi generasi salaf adalah masalah yang besar.
- Guru menentukan salah seorang dari siswanya yang mampu mengendalikan halaqah.
- Jika seorang siswa tidak menghormati pelajaran maka keberadaannya tidak memberikan manfaat.
Disadur dari kitab Multaqo al Adab Asy Syariyah
📝 Abu Rufaydah, Lc. MA
📚 Artikel ini disebarluaskan oleh
@CKS (Cianjur kota Santri).
🌍www.cianjurkotasantri.com.
🌐 IG, FP . Cianjurkotasantri
join Telegram klik : Bit.ly/1S79GTK
📱 Atau Via WA ketik Nama#L/p#alamat# kirim ke 085624098804
Related Post
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.