RAMADHAN DAN AL-QURÁN

Loading

RAMADHAN DAN AL-QUR’AN
Oleh Abu Rufaydah

Sahabat yang dirahmati Allah.

Dalam surat ar-Rahman ayat dua Allah menyampaikan bahwa di antara bentuk kasih sayang Allah yaitu mengajari hamba-Nya al-Qurán. al-Qurán adalah kalamullah yang mulia, karena itulah siapapun yang berinteraksi dengan Al-Qurán pasti Allah muliakan.

Allah Taála berfirman

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqorah : 185)

Perhatikan bagaimana Allah memuliakan makhluk-Nya.

Malaikat Jibril, Allah muliakan karena Al-Qur’an.

Nabi Muhammad, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.

Umat Nabi Muhammad, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.

Makkah Madinah, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.

Bulan Ramadhan, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.

Malam Lailatul Qodar, Allah muliakan dengan Al-Qur’an.

Maka kita pun akan dimuliakan dengan Al-Qur’an

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري

Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).

Saudaraku yang dirahmati Allah.

Saat ini kita akan masuk gerbang Ramadhan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an. Oleh karena itu mari kita mengisi lembaran harian kita dengan membaca al-Qur’an. Sebagaimana Nabi, para sahabat dan salafus saleh dahulu mengisi ramadhan mereka dengan al-Qur’an.

  1. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan, “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Quran. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.”
  2. Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu bagaimana beliau bersama Al-Quran di bulan Ramadhan. Dikhabarkan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya. Beliau membaca Al-Quran di setiap rakaat shalat yang beliau kerjakan.
  3. Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, beliau mampu mengkhatamkan Al-Quran di setiap delapan harinya. Sementara shabat Tamim Ad-Dari mampu mengkhatamkannya dalam setiap pekannya.
  4. Imam kita, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahmatullah ‘alaih, bahkan di bulan berkah ini mampu mengkhatamkan Al-Quran sebanyak enam puluh kali selain Al-Quran yang beliau baca di waktu shalat.
  5. Qatadah rahmatullah ‘alaih biasa mengkhatamkan Al-Quran setiap pekannya. Jika datang bulan Ramadhan, beliau mampu mengkhatamkannya setiap tiga harinya dan di sepuluh hari terakhirnya beliau mampu mengkhatamkannya di setiap malamnya. (Lathaif Al-Ma’arif : 191).
  6. Ibrahim An-Nakha’i melakukan hal itu khusus di sepuluh hari terakhir saja, sedangkan untuk sisa bulannya dalam tiga hari sekali. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 191).
  7. Disebutkan pula bahwa Qatadah biasa mengajar Al-Quran di bulan Ramadhan.
  8. Imam Malik bin Anas Al-Asbahi rahimahullah yang bergelar Imam Darul Hijrah yang memiliki pengajian dengan hadhirin yang luar biasa banyaknya, belau rela meninggalkan pengajiannya itu dan bergegas membaca Al-Quran.
  9. ‘Abdurrazzaq menceritakan, “Apabila Sufyan Ats-Tsauri menjumpai bulan Ramadhan, beliau biasa meninggalkan seluruh ibadah (sunnah) dan bergesa membaca Al-Quran.”
  10. Sufyan meriwayatkan, “Apabila Zubaid Al-Yami memasuki bulan Ramadhan, beliau mendatangkan Al-Quran dan mengumpulkan murid-muridnya.”
  11. Muhammad bin Mas’ar menceritakan, “Ayah saya tidak pernah tidur sampai beliau membaca setengah Al-Quran.” (Lathaif Al-Ma’arif : 318-319)

Lalu dimana posisi kita dibandingkan mereka ? Padahal al-Qur’an adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah. Karenanya komunikasi harus dimengerti. Artinya membaca al-Qur’an itu kebaikkan, tapi akan lebih baik lagi kalau kita memahami, mentadabburi, lalu mengamalkan kandungannya.

أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِنا وَنُورَ صَدْرِنا وَجِلَاءَ حُزْنِنا وَذَهَابَ هَمِّنا

Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami dan cahaya dada kami serta penawar kesedihan kami dan penghilang duka larangan kami)”,

Cianjur, 26 Sya’ban 1439 H
Abu Rufaydah

Leave a Comment