5 total views, 1 views today
Melihat contoh-contoh diatas masihkah sebagian ayah beranggapan bahwa mendidik anak-anak adalah tanggung jawab ibu saja, tidak ada kewajiban baginya, kecuali menjamin kebutuhan materi bagi istri dan anak-anaknya. Karena itu kita dapati seorang ayah mengabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah untuk bekerja, atau bersama-rekan-rekannya. Bahkan jika dia pulang kerumahnya, ia hanya duduk sendirian di kamar sembari memperingatkan istrinya yang membiarkan anak-anak mengganggu ketenangannya saat merenung dan bermimpi saat tidur.
Bahkan sebagian ayah berlalu seperti orang bisu, tidak ada waktu untuk berdialog, bercanda dan bermain dengan anak-anaknya. Padahal dalam al-Qur’an dialog antara ayah dengan anaknya disebutkan sebanyak 14 kali. Sedangkan dialog ibu dan anaknya sebanyak 2 kali dan dialog dengan keduanya sebanyak sekali. Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran. Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa. Harus memenuhi komposisi diatas. Seperti yang dikatakan oleh Sarah binti Hilal binti Dakhilillah.
Syaikh Khalid Ahmad Asy-Syantut Rahimahullah berkata : “Sebenarnya, seorang ayah itu memiliki peran dalam pendidikan anak yang secara sederhana dimulai sejak dua bukan atau tiga dari masa kelahiran anak. Perannya akan semakin meningkat seiring pertumbuhan anak, sehingga beranjak dewasa, lebih-lebih ketika istri sibuk dengan kelahiran anak berikutnya. Pada saat seperti itu, anak yang sudah disapih harus didekatkan dengan ayahnya secara konsisten untuk mengurangi kecemburuannya terhadapa adiknya yang baru lahir yang akan mengambil alih kasih saying ibunya. Anak mulai mengenal suara ayahnya sejak tiga bulan pertama. Pada tahun kedua, seorang ayah dianjurkan untuk bermain dengan anaknya ynag sudah bisa berjalan. Ia harus bisa bermain dengan permainan sang anak, dan dengan cara-cara yang menggembirakan dan membuatnya puas.
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.