6 total views, 1 views today
MENELADANI ULAMA DALAM MEMBERI MAKANAN DI BULAN RAMADHAN
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan bagaimana kedermawanan Nabi di bulan Ramadhan, beliau berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no. 2307).
Sebagian Salaf berkata, “Mengundang makan sepuluh orang dari sahabat-sahabatku dengan makanan yang mereka gemari lebih aku sukai daripada membebaskan sepuluh orang budak dari keturunan Nabi Isma’il.
Sebagian besar kaum Salaf mengutamakan menyediakan buka bagi orang yang berpuasa padahal mereka sendiri berpuasa. Di antaranya adalah Abdullah bin Umar radhiallahu Anhuma, Dawud ath-Tha’I, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hanbal dan lainnya. Bahkan Abdullah bin Umar selalu berbuka bersama anak-anak yatim dan fakir miskin. Kadang kala beliau tidak berbuka karena mengetahui keluarganya menolak kedatangan mereka.
Abu Siwar al-Adwai rahimahullah berkata, “Dahulu ada serombongan orang dari Bani Adi yang biasa shalat di masjid ini, tidak ada seorang pun di antara mereka yang berbuka puasa sendirian. Ia selalu mencari orang yang bersedia berbuka bersamanya. Jika tidak, maka ia keluarkan makanannya untuk dimakan bersama orang-orang di masjid.
Potret kedermawanan Nabi dan para sahabat di bulan ramadhan atau di bulan-bulan yang lain, termaktub dalam sirah-sirah mereka, yang patut kita baca dan teladani. Keberadaan kita di bulan Ramadhan adalah anugrah, Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk beramal. Ramadhan bukan saja berpuasa dan shalat tarawih, tapi ramadhan juga bulan berbagi. Berbagi kebahagiaan, berbagi makanan dan lainnya. Perhatikan ayat berikut ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ *تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS : as Shaf : 10-11)
Berkaitan dengan ayat ini Muqatil mengatakan : “Ayat ini turun kepada ‘Utsman bin Madz’un radhiallau anhu, ia berkata kepada Nabi : “Wahai Rosululloh, apabila engkau mengizinkanku niscaya aku akan menceraikan istriku, aku akan menjadi Rahib dan akan ku kebiri diriku, aku tidak akan memakan daging, tidak tidur di malam hari dan akan berpuasa di siang harinya selamanya.”, maka Nabi Shalallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu mengatakan :
إنَّ من سُنَّتِي النَّكاحَ فلا رهْبانِيَةَ في الإسْلامِ وإنَّما رَهْبانِيةُ أمَّتِي الجهادُ في سبيلِ اللَّهِ ، وخصاء أمَّتِي الصَّومُ ، فلا تُحرِّمُوا طَيِّباتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لكُم ، ومِنْ سُنَّتِي أنَامُ وأقُومُ وأفْطِرُ وأصُومُ ، فمنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فليْسَ منِّي
“Sesungguhnya diantara Sunnahku adalah menikah, tidak ada kerahiban di dalam Islam, kerahiban umatku adalah dengan jihad di jalan Alloh, pengkebirian umatku adalah dengan puasa. Maka janganlah kamu sekalian mengharamkan hal yang baik-baik yang telah Alloh halalkan bagi kalian, dan diantara Sunnahku adalah aku tidur pada malam hari dan aku juga bangun (untuk shalat malam, aku berbuka dan aku juga berpuasa, barang siapa membenci Sunnahku maka bukanlah termasuk dari golonganku.”
Maka lantas ‘Utsman berkata : “Aku menginginkanya wahai Nabi Alloh, yaitu sebuah perniagaan yang di cintai oleh Alloh maka aku akan berniaga di dalamnya.” Lalu turunlah ayat ini. (yaitu surat as Shaf ayat 10). (al Lubab Ibnu ‘Adil / 15 / 263 Maktabah Syamilah)
Ibnu Abi Hatim juga membawakan sebuah riwayat dari Sa’id bin Jubair mengenai firman Alloh : {“Wahai orang-orang yang beriman, maukahkamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih”}, beliau mengatakan : “Ketika turun ayat ini kaum Muslimin mengatakan ; “Seandainya kami mengetahui perniagaan apakah itu niscaya akan kami keluarkan untuknya harta kami dan keluarga kami.” Kemudian Alloh menjelaskan mengenai perniagaan ini, maka Alloh berfirman : {“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul–Nya,…”}. (ad Dur al Mantsur as Suyuti / 9 / 498 Maktabah Syamilah)
Firman Alloh Ta’ala : {“Wahai orang-orang yang beriman, maukahkamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”}, ini merupakan dorongan untuk bersungguh-sungguh dalam perniagaan ini, yang di jelaskan oleh Alloh Ta’ala, yaitu seseorang mencurahkan harta dan jiwanya dan mengambil harganya yaitu syurga yang kekal abadi. (al Jawahir al Hassan Fi Tafsiril Qur’an ats-Tsa’aalabi / 4 / 87 Maktabah Syamilah)
Perniagaan yang tak pernah rugi itu adalah memberi kawan. Ayat di atas menjelaskan kepada kita poin-poin penting di antaranya;
- Allah memanggil orang-orang yang beriman, karena merekalah yang mampu melasanakan perintah Allah dan Rasul-Nya atau menjauhi larangan-Nya.
- Ketika keimanan kokoh dalam hatinya, maka apapun larangan dan perintah Allah, maka ia lakukan dan tinggalkan dengan penuh kecintaan.
- Allah memberitahukan kepada kita bahwa di sana ada perniagaan yang mampu menyelamatkan dari siksa nereka.
- Redaksi istifham (pertanyaan) ini agar setiap pembaca memperhatikan pertanyaan dan jawaban.
- Perniagaan yang tidak pernah rugi yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa raganya.
- Perhatikan ! Allah mendahulukan berjihad dengan harta sebelum dengan jiwa, karena setiap jiwa yang masih memiliki harta akan sulit untuk berjihad, sampai mereka menginfaqkan hartanya di jalan Allah.
- Sasaran pertama berjihad dengan harta, karena sudah menjadi tabiat dan sifat manusia mencintai harta berlebihan. Oleh karena itu Allah mengikis penyakit ini dengan berinfaq.
- Orang yang mampu berinfaq setelah taufiq dari Allah, karena mereka mengetahui tujuan dan hakikat infaq.
- Balasan bagi orang yang berniaga dengan infaq di ayat ini adalah ampunan Allah dan Allah masukan mereka ke dalam surge-Nya.
- Semangat para sahabat dalam meneladani Nabi.
- Dalam beribadah tidak cukup bermodalkan semangat, namun harus berlandaskan ilmu.
- Ramadhan adalam momentum untuk berbagi dengan orang-orang miskin dan dhua’fa. Maka temukan kebahagiaan itu saat kita memberi bukan menerima.
- Berbagi (infaq, sedekah atau zakat) tidak akan berkurang dan rugi. MEMBERI TAK PERNAH RUGI
Disusun oleh Abu Rufaydah
Cianjur, 6 Ramadhan 1439 H
About the author
Endang Hermawan
Abu Rufaydah Endang Hermawan, Lc. MA. Beliau Lahir di Cianjur tahun 1989 Pendidikan Formal 1. SDN Citamiyang 2. SMP T dan SMA T di PONPES Al-Ma’shum Mardiyah 3. S1 Pendidikan Agama Islam di STAINDO 4. S1 Syari’ah di LIPIA JAKARTA 5. S2 Tafsir al-Qur’an PTIQ Jakarta Saat ini membina Yayasan Ibnu Unib untuk pembangunan Masjid dan Sumur dan Ketua Yayasan Cahaya Kalimah Thoyyibah bergerak di Pendidikan, Sosial dan Dakwah
Related Post
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
VIDEO SINGKAT
DONASI DAKWAH CIANJUR

Leave a comment
You must be logged in to post a comment.