TAFSIR SURAT AL FIIL
Oleh Ust Abu Rufaydah
Surat al-Fiil secara tartib surat terletak setelah surat al-Humazah. Surat TAFSIR SURAT AL-HUMAZAH membahas tentang ciri-ciri orang yang rugi dan sengsara yaitu mereka yang menjelek jelekkan orang lain di belakang atau di hadapannya dan mengumpulkan harta dan menghitungnya sehingga lalai dari mengingat akhirat, maka mereka di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka Huthomah. Adapun surat al-Fiil akan menjelaskan di antara ciri api Dunia yang mampu membakar pasukan gajah, panasnya dianalogikan seperti daun yang dimakan ulat.
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. Al Fiil: 1-5).
PENJELASAN SURAT
- Surat ini secara tauqifi yaitu surat al-Fiil, sedangkan secara Ijtihad dinamakan dengan surat Alamtaro Kaifa dan surat
- Ulama tafsri sepakat surat al-Fiil termasuk surat Makkiyyah.
- Secara urutan asbabun Nuzul surat al Fiil surat ke 19 yang turun setelah surat al Kaafirun dan sebelum surat Quraisy.
- Asbabun Nuzul surat ini menceritakan tentang pasukan gajah yang akan menghancurkan ka’bah.
- Ulama Tafsir sepakat bahwa surat ini terdiri dari lima ayat.
- Kisah Pasukan Gajah yang Ingin Menyerang Ka’bah
Kisah di atas menjelaskan tentang ashabul fiil (pasukan gajah) yang ingin menghancurkan rumah Allah (Ka’bah). Mereka sudah mempersiapkan diri untuk menghancurkan Ka’bah tersebut. Mereka pun mempersiapkan gajah untuk menghancurkannya. Tatkala mereka datang mendekati Makkah, orang-orang Arab tidak punya persiapan apa-apa untuk menghadang mereka. Penduduk Makkah malah takut keluar, takut dari serangan ashabul fiil tersebut. Lantas Allah menurunkan burung yang terpencar-pencar, artinya datang kelompok demi kelompok. Itulah yang dimaksud “thoiron ababil” sebagaimana kata Ibnu Taimiyah. Burung-burung tersebut membawa batu untuk mempertahankan Ka’bah. Batu itu berasal dari lumpur (thin) yang dibentuk jadi batu, seperti tafsiran Ibnu ‘Abbas. Ada juga yang menafsirkan bahwa batu tersebut adalah batu yang dibakar (matbukh). Batu tersebut digunakan untuk melempar pasukan gajah tersebut. Lantas mereka hancur seperti daun-daun yang dimakan dan diinjak-injak oleh hewan. Allah memberi pertolongan dari kejahatan pasukan gajah tersebut. Tipu daya mereka pun akhirnya sirna.
Dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah, “Kisah ini adalah dari kisah raja Abrahah yang membangun kanisah (gereja) di negeri Yaman. Ia ingin agar haji yang ada di Arab dipindahkan ke sana. Abrahah ini adalah raja dari negeri Habasyah (berpenduduk Nashrani kala itu) yang telah menguasai Yaman. Kala itu diceritakan ada orang Arab yang menjelek-jelekkan kanisah (gereja) orang Nashrani sehingga membuat raja Abrahah marah. Lalu ia pun berniat menghancurkan Ka’bah.” (Lihat Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 27: 355-356).
Kisah ini mengingatkan orang Quraisy akan pertolongan Allah yang telah menghancurkan pasukan gajah dan juga menunjukkan bagaimana Allah mengatur makhluk dan membinasakan musuh-musuh-Nya.
- Tahun Kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Pada tahun penyerangan gajah tersebut, lahirlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kisah itu adalah titik awal yang menunjukkan akan datangnya risalah beliau atau itulah tanda kenabian beliau. Falillahil hamdu wasy syukru.
Ada hadits yang menunjukkan bahwa Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dilahirkan pada tahun gajar yaitu hadits dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
ولد النبي صلى الله عليه و سلم عام الفيل
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun gajah.” (HR. Ath Thohawi dalam Musykilul Atsar no. 5211, Ath Thobroni dalam Al Kabir no. 12432, Al Hakim dalam mustadroknya no. 4180. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, tetapi keduanya tidak mengeluarkannya. Adz Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini sesuai syarat Muslim. Juga dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah no. 5 dari jalur Ibnu ‘Abbas. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah pada hadits no. 3152).
Bahkan ada ijma’ atau kesepakatan para ulama yang mendukung bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dilahirkan pada tahun gajah seperti dikatakan oleh Ibnul Mundzir, di mana ia berkata, “Tidak ragu lagi dari seorang ulama kita bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun gajah. Lalu beliau diangkat jadi Rasul setelah 40 tahun dari tahun gajah.” Lihat As Silsilah Ash Shahihah pada hadits no. 3152, 7: 434.
Ketika penyerangan Makkah tersebut, di sana ada orang-orang musyrik yang beribadah pada berhala. Dan agama Nashrani lebih baik daripada agama orang musyrik. Kisah ini menunjukkan bahwa perlindungan Allah pada Ka’bah bukan karena adanya orang-orang musyrik yang ada di sekeliling Ka’bah, namun karena untuk melindungi Ka’bah itu sendiri, atau dikarenakan pada tahun gajah tersebut akan lahir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah, atau karena alasan dua-duanya sehingga Ka’bah dilindungi oleh Allah. Ini penjelasan Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Al Jawabush Shohih, 6: 55-57 dinukil dari Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
- Surat ini menunjukkan kekuasaan Allah atas makhluk-Nya.
- Keutamaan Ka’bah.
- Abaabil artinya berkelompok, yaitu burung yang berkelompok.
- Sijjin bahasa Persia yang terdiri dari kta Hajar dan
- Penyebutan kisah kehancuran tentara gajah tidak berulang dalam al-Qur’an, dengan dua aspek : …..
- Bahwasanya kehancuran tentara gajah belum masuk pada pembahasan penentangan dan pendustaan mereka terhadap Rasulullah -shallahu ‘alaihi wasallam-. …..
- Agar orang-orang musyrik tidak berbuat tipu daya dengan kedudukan mereka disisi Allah sebagaimana mereka berbuat tipu daya dengan perkataan mereka yang dijelaskan dalam ayat berikut : { أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ } ” Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian” [ at-Taubah : 19 ] .
- Apakah hikmah dari pembinasaan ashabul fil ( tentara gajah ), dan minimnya pembinasaan terhadap orang-orang yang bermaksud menghancurkan ka’bah dizaman-zaman terakhir ini ? perlu diketahui bahwasanya kisah tentara gajah adalah merupakan awal dari diutusnya Rasulullah sebagai pembawa risalah Allah yang dengannya rumah Allah ini diagungkan, adapun peristiwa usaha pengrusakan ka’bah diakhir zaman ini; sesungguhnya orang-orang kafir yang menginginkan kehancuran ka’bah dan kehancuran islam dengan kezholiman dan kekufuran, sampai titik akhir mereka tidak sadar dengan perbuatan mereka, maka pada saat itulah Allah akan menjatuhkan dan membinasakan mereka, hingga akhirnya tidak tersisa satupun dari orang-orang kafir itu.
- اَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِىۡ تَضۡلِيۡلٍۙ (Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?) Yakni bukankah Allah telah menjadikan tipu daya dan usaha mereka untuk menghancurkan Ka’bah sebagai kesesatan mereka yang menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan.
- وَّاَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا اَبَابِيۡلَۙ (dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong) Yakni burung-burung yang terbang berkelompok-kelempok. Burung-burung ini berwarna hitam yang datang dari sebrang lautan dengan berbondong-bondong, setiap burung membawa tiga batu; dua batu di kedua kakinya dan satu di paruhnya, tidaklah batu ini menimpa sesuatu melainkan akan menghancurkannya.
- تَرۡمِيۡهِمۡ بِحِجَارَةٍ مِّنۡ سِجِّيۡلٍ (yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar) Dikatakan bahwa batu-batu ini merupakan tanah yang dibakar dengan api neraka, tertulis padanya nama-nama kaum tersebut; jika batu ini mengenai salah seorang dari mereka maka akan mengakibatkan cacar. Batu-batu ini seukuran kacang Arab.
- فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٍ مَّاۡكُوۡلٍ (lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)) Yakni seperti dedaunan yang dimakan hewan kemudian dimuntahkan ke tanah. Pendapat lain mengatakan: yakni seperti dedaunan yang dimakan hewan dan menyisakan tangkainya.
Referensi:
- Ahkamul Qur’an,Ibnul ‘Arobi, terbitan Darul Hadits, cetakan tahun 1432 H, 4: 497.
- As Silsilah Ash Shahihah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1422 H.
- Aysarut Tafasir, Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi, terbitan Maktabah Adhwaul Manar, cetakan pertama, tahun 1419 H, hal. 1496.
- Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsiri Kalamil Mannan, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H, hal. 934-935.
- Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Iyad bin ‘Abdul Lathif bin Ibrahim Al Qomisi, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1432 H, 7: 186-188.
- Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H, 7: 652-659.
- rumaysho.com
—