8 total views, 1 views today
HARAP YANG TERPUJI DAN TERLARANG
Oleh Endang Hermawan
Definisi Roja’ (Harap)
Roja’ berarti mengharapkan. Apabila dikatakan rojaahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya (lihat Al Mu’jam Al Wasith, 1/333).
Syaikh Utsaimin berkata: “Roja’ adalah keinginan seorang insan untuk mendapatkan sesuatu baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang yang diposisikan seperti sesuatu yang bisa digapai dalam jangka pendek.” (lihat Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 57-58)
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata: “Asal makna roja’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang disenangi…” (Hushuulul Ma’muul, hal. 79).
Jadi Roja’ secara istilah adalah harapan dan keinginan untuk menggapai sesuatu yang diinginkan dan di dasari dengan ketundukan. (Taisir al-Wushul Syarhu Tsalatsati al-Usul, 78).
Adapun at-Tamanni (angan-angan) adalah keingian tanpa disertai usaha atau disertai kemalasan, sedangkan Roja yaitu harapan yang disertai dengan usahan dan tawakkal yang benar.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah ‘azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa’ (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka.yaitu orang-orang beriman lagi bertaqwa ” (QS. Yunus: 62)
Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta. Adanya rasa takut akan membantunya untuk tidak keluar dari jalan menuju sosok yang dicintainya, dan rasa harap akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua merupakan kaidah yang sangat agung. Setiap hamba wajib memperahtikan hal itu…” (Majmu’ Fatawa,1/95-96, dinukil dari Hushulul Ma’muul, hal. 82-83).
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata : ”Kekuatan Harap seseorang tergantung pada seberapa kuat ia mengenal Allah dengan Nama-nama dan sifat-sifat-Nya’. (Madarijus Salikin, 2/32.
Roja terbagi menjadi dua, yaitu roja yang terpuji dan roja yang tercela. Adapun raja yang terpuji yaitu seorang hamba yang melakukan keta’atan dan ia berharap pahala dari Allah dan seorang hamba yang berdosa kemudia ia bertaubat dan berharap taubatnya diterima oleh Allah maka kedua harapan ini terpuji. Adapun harapan yang tercela yaitu orang yang tidak beramal namun berharap pahala dan orang yang berdosa berharap ampunan namun tidak bertaubat maka keduanya tercela. (Madarijus Saalikin, 2/36).
Adapun Raja yang menyebabkan pelakunya jatuh kepada kesyrikan yaitu seseorang yang berharap kepada makhluk, yang menjadi kekhususan bagi Allah. Seperti orang yang berharap ampunan dari selain Allah, berharap kesembuhan dari selain-Nya, berharap kepada orang-orang yang telah mati untuk memberikan manfaat dan madhorat, berkurban atau bernazar kepada selain Allah agar diberikan kemudahan, atau harapan lainnya yang tidak bisa dipenuhi harapan itu kecuali oleh Allah, ketika harapan itu dilakukan kepada selain Allah maka ia jatuh kepada syirik akbar.
Dalil bahwa Roja hanya untuk Allah yaitu;
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barang siapa mengharap pertemuan dengan Rabbnya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya” [Al-Kahfi/18:110].
Di ayat ini Allah memberikan syarat bagi hamba yang ingin berjumpa dengan Allah, maka ia tidak boleh mempersekutukan Allah dalam ibadah, salah satunya yaitu Roja’.
About the author
Endang Hermawan
Abu Rufaydah Endang Hermawan, Lc. MA. Beliau Lahir di Cianjur tahun 1989 Pendidikan Formal 1. SDN Citamiyang 2. SMP T dan SMA T di PONPES Al-Ma’shum Mardiyah 3. S1 Pendidikan Agama Islam di STAINDO 4. S1 Syari’ah di LIPIA JAKARTA 5. S2 Tafsir al-Qur’an PTIQ Jakarta Saat ini membina Yayasan Ibnu Unib untuk pembangunan Masjid dan Sumur dan Ketua Yayasan Cahaya Kalimah Thoyyibah bergerak di Pendidikan, Sosial dan Dakwah
Related Post
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
VIDEO SINGKAT
DONASI DAKWAH CIANJUR

Leave a comment
You must be logged in to post a comment.