GURU YANG SABAR MURID YANG ULET

Loading

GURU YANG SABAR MURID YANG ULET
Oleh Abu Rufaydah

Menjadi seorang guru bukan perkara yang mudah, selain harus menguasai berbagai keahlian juga harus memiliki sikap yang penyaabar. Tidak cukup dengan segudang prestasi dan wawasannya ia mampu mencerdaskan muridnya. Karena itu sering kali seorang guru dihadapkan pada situasi dan kondisi murid yang berbeda-beda. Belum lagi tuntutan orang tua agar perkembangan anaknya makin bagus. Sehingga yang terjadi yaitu minimnya sikap sabar dari semua pihak dalam melalui proses pendidikan, sikap terlalu terburu-buru dalam menilai atau hasil baik yang ingin segera didapatkan.

Para pembaca yang dirahmati Allah. Pendidikan adalah sebuah proses menuju kebaikkan yang bertahap. Tahapan-tahapan inilah yang seyogyanya senantiasa dilalui dengan penuh bijaksana. Seorang guru yang memiliki sikap sabar maka ia akan bersungguh-sungguh dalam mengajarkan muridnya untuk menghantarkan para cita-cita yang berbeda-beda. Tantangan dan rintangan selaras dengan hasil yang akan didapatkan di dunia ataupun di akhirat.

Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia” (HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912), dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadits ini dikuatkan oleh hadits lain yang semakna. Hadits ini dinyatakan hasan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (4/467)

Mari kita lihat bagaimana kesabaran seorang guru dan keulatan seorang murid dalam belajar. Dibalik keilmuan sang guru dan kelambanan seorang murid ada proses panjang yang dilalui dengan penuh perjuangan. Imam As Subky di dalam kitab Tabaqat Asy Syafi’iyyah Al Kubra, menuliskan tentang Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah ketika awal mula ia belajar kepada Imam Asy Syafi’i beliau bukanlah seorang yang cerdas. Bahkan bisa dikatakan murid yang sangat lamban.

Imam asy-Syafií Rahimahullah dikenal memiliki banyak murid-murid yang cerdas dan sukses dalam belajar. Namun tahukah kita bahwa ada salah satu murid beliau yang bernama Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi rahimahullah yang lamban dalam belajar. Bagaimana tidak, dalam satu majelisnya, Imam Asy Syafi’i sampai harus mengulang satu permasalahan sebanyak 40 kali, namun beliau tetap tidak paham. Beliau beranjak dari majelis tersebut dalam keadaan sangat malu. Sebagai seorang guru, sang imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau mengundangnya untuk belajar secara privat dan mengulang pelajaran sampai ia paham.

Disisi lain Rabi'bin Sulaiman rahimahullah sebagai murid begitu tekun dan memiliki tekad yang sangat kuat untuk menjadi ahli ilmu. Beliau tidak mau pasrah dengan kondisi dirinya yang lemah. Untuk itu beliua rela menjadi pembantu atau pelayan gurunya. Dan beliau betul-betul menjadi pelayan terbaik yang setia. Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang memberikan pelayanan kepadaku sebagaimana yang diberikan Rabi’ bin Sulaiman.” Beliau juga berkata, “Betapa aku mencintaimu wahai Rabi’. Andaikan aku bisa menyuapimu dengan ilmu pasti akan aku lakukan.”

Jika dilihat dari dua sisi yang berbeda yaitu Imam asy-Syafií dengan kecerdasannya dan Rabi’bin Sulaiman dengan kelambanannya dalam belajar. Pernah kita berfikir kenapa Imam asy-Syafií menghabiskan banyak waktu untuk seorang murid yang lamban dalam belajar padahal disana banyak murid-murid beliau yang cerdas. Inilah yang menjadi keistimewaan seorang sosok guru seperti Imam asy-Syafii dan sikap penyabar inilah yang membuat Imam asy-Syafii begitu bernilai disisi muridnya. Di sisi lain Rabi’ bin Sulaiman memiliki semangat belajar yang sangat kuat sehinggan atas taufiq dari Allah, Allah mudahkan segalannya.

Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi rahimahullah mendapatkan kedudukan istimewa dari Imam Asy Syafi’i sebagai perawi kitabnya. Beliaulah yang menyalin Kitab al-Umm semasa Imam asy-Syafií masih hidup. Keulamaannya diakui oleh seluruh orang. Dengan itu beliau berhak menyandang gelar seorang Imam. Terdapat 200 orang murid brilian yang berguru kepada Rabi’ bin Sulaiman, yang menjadi generasi pewaris ilmu Imam Asy Syafi’i Rahimahullah.

Rabi’bin Sulaiman Rahimahullah dikaruniai umur yang panjang, sampai 96 tahun. Dilahirkan pada tahun 174 H dan meninggal pada tahun 270 H. Beliau meninggal 66 tahun setelah Imam Asy Syafi’i wafat. Masa yang cukup lama itu beliau habiskan untuk menyebarkan ilmu gurunya.

Dari kisah di atas mengajarkan kepada setiap guru agar memiliki sikap yang sabar dalam mendidik murid-muridnya yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ketika ia sabar dan mampu mengoptimalkan potensi murid-muridnya maka ia akan menuai hasil yang baik di masa yang akan datang. Di sisi lain jika kita sebagai murid yang lamban dalam memahami ilmu maka jangan putus asa, berdoálah kepada Allah disertai kesungguhan dalam belajar, agar kita mencapai cita-cita yang kita inginkan.

Leave a Comment