FASE HADHONAH (Pengasuhan)
Oleh Ust Abu Rufaydah Hafidhohullah
DEFINISI PENGASUHAN
Kata Hadhanah secara bahasa berarti merengkuh sesuatu ke dalam pelukan, yaitu pinggang, dada atau kedua lengan dan bagian di antara keduanya. Dikatakan Hadhana ath_tha’iru afrakhahu wa ihtadhanaha, burung merangkul anak-anaknya ke dalam sayapnya. Hadhanat al-Ummi Thiflaha, ibu merengkuh anaknya ke pinggang atau dadanya.
Di antara makna Hadhanah adalah pertolongan dan perindungan. Dikatakan, حَضَنَهُ وَ اِحْتَضَنَهُ yaitu melindungi dan menolongnya.
Hadhanah secara istilah adalah komitmen terhadap anak untuk mendidiknya, menjaganya dan mengurusi keperluannya. (al-Majam al-Wasith, materi Hadhanah).
Imam an-Nawawi mengatakan bahwa hadhanah adalah upaya penjagaan terhadap anak yang belum sampai usia tamyiz (tidak bisa membedakan baik dan buruk), dan belum mandiri, mendidiknya dengan hal-hal mendatangkan kebaikan baginya, dan melindungi dari hal yang menyakitinya. (Raudhatuth Thalibin, 9/98)
Konsekuensi dari hadhanah adalah penjagaan terhadap anak yang diasuh, melindunginya dari hal-hal yang menyakiti, mendidik sampai dewasa, dan mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikannya, seperti memperhatikan makanan, minuman, memandikan, dan kebersihan lahir dan batin. Demikian juga perhatian terhadap urusan tidur, dan bangunnya serta berusaha memenuhi semua kebutuhan dan permintaannya.
Kesempurnaan pendidikan ada pada madrasah kenabian. Maka setiap konsep yang Nabi ajarkan tidak perlu kita ragu untuk mengamalkan. Di zaman dimana konsep-konsep pendidikan yang lahir dari akal fikiran sangat subur bak jamur di musim hujan. Semakin memantapkan hati bahwa konsep Nabi telah teruji. Lahirnya para sahabat yang disebut dengan Al-Quruun al-Mufaholah (generasi terbaik) itu semestinya kita membuka kembali lembaran-lembaran kenabian.
Berikut ini kita akan mempelajari konsep pendidikan Nabi pada anak usia Hadhonah. Dengan demikian setiap orang tua tidak lagi dipusingkan untuk mencari metode atau cara mendidik anak di usia ini. Syaikh Jamal Abdurrahman dalam kitab Athfalul Muslimin Kaefa Rabbahum an-Nabiyu al Amiin telah merinci dan mengurai bagaimana muamalah Nabi pada anak di usia hadhonah.
- Panggil Anak dengan julukan sebagai penghormatan.
Perbuatan ini tiada lain adalah salah satu wujud akhlak mulia. Sahabat Anas ibn Malik radhiallahu anhu pernah mengatakan bahwa Nabi adalah orang yang paling baik akhlaknya. Aku memilki seorang saudara laki-laki yang dikenal dengan nama panggilan Abu Umair dan setahuku dia sudah disapih. Bila Nabi datang, beliau selalu menyapanya dengan panggilan, “Hai, Abu Umair!”.
Dari Anas bin Malik berkata: Abu Tholhah memiliki anak yang berkunyah Abu Umair. Nabi apabila dating kepada Ummu Sulaim mencandainya, suatu saat Nabi melihatnya sedih, maka beliau bersabda: Mengapa saya lihat Abu Umair sedih? Mereka mengatakan: Wahai rasulullah, burung kecilnya mainannya mati, kemudian Rasulullah bersabda: ’Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan oleh nughair?! Anas berkata: Saya tidak pernah menyentuh sesuatupun baik khuzzah (kain yang terbuat dari wol dan sutra) dan kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Rasulullah. (HR. al-Bukhari 5375, Muslim 2150, dan yang lainnya).
Dikisahkan bahwa Imam Syafi’I rahimahullah ketika bermalam di rumah Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullah, Imam Syafii tidak tidur semalaman sehingga ia shalat subuh dengan wudhu shalat Isya. Beliau memikirkan hadits diatas dan mendapatan kurang lebih 120 faidah.
Ibn Hajar mengatakan, “Telah berkata Abul Abbas ath-Thabrani, kami mendapati dari hadits Abu Umair kurang lebih 60 bab dari fiqh, Sunnah dan hikmah yang terkandung didalamnya.
📗 Beberapa faidah yang dapat kita ambil dari hadits diatas:
- Bercanda dengan anak kecil adalah bagian dari akhlak Nabi.
- Berbicaralah sesuai kadar akalnya.
- Tawadhu adalah bagian dari akhlak Nabi.
- Diperbolehkan anak kecil bermain dengan burung.
- Diperbolehkan memelihara burung dengan syarat memberinya makan dan minum.
- Bertanya kepada anak kecil, menanyakan kondisinya, dan menanyakan kabarnya akan meningkatkan moralitas anak.
- Panggilan yang baik akan membuat anak tambah senang kepada ortu, guru dan para pendidik. Ketika hubungan antara anak dan gurunya baik, hasilnya pun akan positif, cepat, dan besar.
- Diperbolehkan memberikan Kunyah kepada anak-anak atau kepada yang belum memiliki anak.
- Diperbolehkan memanggil orang lain dengan selain namanya, jika hal itu tidak menyakitinya. Nama Asli Abu Umair adalah Zaid.
- Berlaku lemah-lembutlah kepada anak-anak atau orang dewasa.
- Diperbolehkan mengeluarkan sebagian harta untuk membeli mainan anak.
- Bolehnya memelihara dan bermain dengan binatang selama binatang tersebut tidak membahayakan dirinya dan juga dia tidak menzhalimi binatang tersebut.
- Dalam hadits ini juga tercermin kemuliaan akhlak Nabi.
- Memegang kepala anak-anak (terutama anak yatim) akan melembutkan hati.
- Menghibur dan memberikan kegembiraan kepada anak adalah bagian dari akhlak Nabi.
- Boleh bersedih atas kematian binatang periharaan kita terutama burung.
- Keberkahan bagi Anak ibn Malik yang berkhidmat kepada Nabi, sehingga ia dapat melihat secara langsung kehidupan pribadi Nabi yang dengannya kita mengetahui cara shalat, tidur, duduk dan yang lainnya.
Perhatikan hadits di atas. Ditengah kesibukan Nabi sebagai utusan-Nya, berjihad, ibadah dan dakwah. Saya rasa tidak ada orang yang melebihi kesibukannya. Tapi lihatlah betapa Nabi sangat perhatian terhadap anak-anak dengan menanyakan kabarnya, memberikan rasa aman dan nyaman, dan memberikan rasa gembira dengan kasih sayangnya. Wahai ayah dan bunda, sudahkan hari ini anda memerikan sapaan hangat kepada anak-anak anda ?
Oleh karena itu marilah kita meneladani kebaikan akhlak Nabi.