43 total views, 1 views today
11 CATATAN PENTING DALAM MENUNTUT ILMU
Oleh Abu Rufaydah
Banyak orang yang belajar berbisnis dari ahlinya, bahkan tidak sedikit dari mereka bersedia mengeluarkan harta dan meluangkan waktunya untuk bisnis yang mereka inginkan. Tak tanggung mereka belajar langsung kepada ahlinya atau orang yang telah sukses. Lalu kenapa ketika pelajaran agama kita menyepelekan dan kalaupun belajar kita tidak pernah serius ? kadang waktu sisa yang kita gunakan, padahal kita tahu bahwa ilmu agama adalah petunjuk di dunia dan di akhirat, oleh karenanyanya penting bagi kita untuk belajar kepada mereka yang telah sukses menggapainya. Berikut penulis sampaikan poin-poin singkat dari kiat-kiat menggapai ilmu yang bermanfaat.
- Niat Yang Ikhlas.
Niat sebagai barometer utama dalam menuntut ilmu, kesalahan pada niat akan berdampak pada hasil. Seyogyanya para penuntut ilmu untuk mengikhlaskan niatnya hanya untuk Allah. Hendaknya kepergian kita menuju majlis ilmu dan duduk di dalamnya serta kembali darinya semata-mata ikhlas karena Allah Ta’ala tanpa dicampuri dengan noda-noda riya’ atau sum’ah, karena sedikit sekali orang yang selamat dari penyakit ini. Ringkasnya hendaknya kita sungguh-sungguh meluruskan niat, khususnya ketika ia merasa lebih unggul dari kawan-kawannya.
- Antusias Untuk Menghadiri Berbagai Majlis Ilmu.
Rutin dan semangat menuntut ilmu di berbagai majlis ilmu dan bersemangat untuk menghadirinya adalah bagian dari kesuksesan dalam menuntut ilmu. Apabila seseorang semakin bertambah semangatnya dan Allah mengetahui betapa tulus niatnya, maka Allah akan membukakan pintu keberkahan baginya.
Abul Abbas Tsa’lab rahimahullah bercerita tentang Ibrahim al-Harbi rahimahullah; “Aku tidak pernah kehilangan Ibrahim al-Harbi dalam pelajaran Nahwu dan bahasa selama lima puluh tahun.”
Taukah siapa Ibrahim al-Harbi ? beliau adalah seorang ulama besar dunia, dimana para penuntut ilmu dating menimba ilmu padanya.
Abul Hasan al-Karkhi rahimahullah berkata; “Aku selalu menghadiri majlis Abu Hazim rahimahullah pada hari jum’at, suatu ketika kajian libur, aku tetap dating ke majlisnya. Semua itu aku lakukan agar kebiasaanku menghadiri majlis ilmu tidak hilang. (al-Hats Ala Thalib Al-Ilm wa al-Ijtihad, hlm. 78).
Wahab bin Jarir, dari Ayahnya ia bercerita, “Aku mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh al-Hasan selama tujuh tahun, aku tidak pernah bolos meskipun sehari. Walaupun aku sedang berpuasa aku tetap menghadirinya. (Siar A’lam an-Nubala, 6/362).
Kisah-kisah di atas merupakan bukti bahwa orang yang melatih dirinya untuk bersabar dalam belajar, maka dia akan memetik buah dari kesungguhan tersebut.
- Bersegera Menghadiri Majlis Ilmu Di Awal Waktu Dan Tidak Terlambat.
Jangan pernah telat menghadiri majlis ilmu, lebih diutamakan lagi adalah majlis ilmu yang diikuti secara rutin. Sehingga memiliki peningkatan dan kemapanan ilmu. Oleh karena itu kita harus terus berupaya untuk tidak absen pada majlis ilmu yang telah dirutinkan.
Imam asy-Sya’bi rahimahullah adalah ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu, beliau menceritakan hanya ilmu bersyair yang beliau tidak kuasai, tapi kalau beliau mau bersyair maka ia mampu bersyair selama sebulan. Ini mencerminkan bagaimana kemapanan dan kekokohan ilmu yang beliau miliki, kuncinya kata beliau, ”Menafikan kemampuan diri, kemauan untuk mencari dan mendatangi majlis-majlis di berbagai negri, sabra menjalani pelajaran sebagamana sabarnya keledai dan bersegera seperti bersegeranya burung gagak.” (Rihlah Fi Tholabil Hadits, hlm. 196).
Jika seseorang telah membiasakan diri untuk tidak terlambat hadir di suatu majlis, maka dia dalam keberuntungan dangan pahala yang ia dapatkan dan do’a dari para malaikat.
- Mencari Tahu Pelajaran Yang Tertinggal.
Jangan pernah menyia-nyiakan pelajaran yang tertinggal, berusahakah mencari tahu pelajaran yang terlewati. Jika tidak maka ia akan lalai dengan berbagai pelajaran yang tertinggal, sehingga ia menyepelekan waktu dan ilmu.
- Menulis Faidah-faidah penting Pada Buku Cetak.
Setiap kali anda membaca dan belajar, jangan lupa untuk mengambil faidah yang kita dapatkan. Sehingga kita terbiasa untuk mengambil faidah dan kesimpulan pada buku yang kita baca atau berlajar langsung pada guru.
- Dia Ketika Pelajaran Disampaikan Dan Tidak Menyibukkan Diri Dengan Hal Lain.
Seringkali para penuntut ilmu sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, terlebih hal itu dilakukan saat ia belajar lamgsung dengan gurunya. Lihatlah para pendahulu kita dalam belajar. Dalam kitab Tadzkiratul Huffadz diceritakan bahwa Ahmad bin Sinan berkata; “Dalam majlis Abdurrahman bin Mahdi tidak ada satu orang pun yang berbicara, tidak ada pensil yang diraut, dan tidak ada seeorang pun yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka seperti sedang shalat. (Tadzkiratul Huffadh, I/331).
Kisah di atas sebagai potret bagaimana kesungguhan para ulama dahulu dalam menuntut ilmu, dan mereka sangat focus dengan tema yang mereka bahas, sehingga keberhasilan yang mereka dapatkan selaras dengan perjuangan yang mereka korbankan.
- Menghadiri Berbagai Majlis Ilmu yang Mungkin untuk dihadiri.
Salah seorang murid dari Imam an-Nawawi rahimahullah menceritakan tentang belajar beliau. Imam an-Nawawi sanggup menghadiri dua belas majlis dalam sehari. Beliau menturkan, ”Aku selalu mencatat komentar penting terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan pelajaran, baik pelajaran Bahasa yang sulit dimengerti, atau ungkapan yang samar, pemberian harakat serta mengurangi kata-kata yang asing. Dan Allah pun memberikan keberkahan kepadaku dalam memanfaatkan waktu. (Tadzkiratul Huffadh, IV/1470)
Demikian juga yang dikisahkan oleh al-Khatib al-Baghdari dalam kitabnya Ar-Rihlah, dalam salah satu babnya menyebutkan tentang orang yang mengadakan perjalanan hanya untuk menemui seorang guru, karena ingin mencari sanad yang tinggi, namun gurunya tersenut meninggal sebelum ia mendapatkan yang ia inginkan.” (Rihlah fi Thalabil Hadits, hlm. 166).
Mengharidi majlis ilu secara langsung dan duduk Bersama ulama jauh lebih bermanfaat dibandingkan hanya mendengarkan dari radio dan televisi, karena belajar langsung kepada guru bukan hanya pelajaran yang ia apatkan, tapi ia juga sedang belajar bagaimana beradab dan berakhlak kepada gurunya. Atau sebaliknya ia mendapatkan pelajaran dari majlis yang ia hadiri.
- Tidak mudah Putus Asa.
Setiap orang yang belajar pasti akan mendapati kesulitan, rasa bosen dan putus asa. Namun semua rasa itu harus kita lawan agar kita terbiasa melewati kesulitan dengan baik. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Aky duduk mempelajari masalah haid selama Sembilan tahun, sampai pada akhirnya aku bisa memahaminya. (Thabaqot al-Hanabillah, I/268).
- Tidak motong Pembicaraan Guru.
Hal ini termasuk adab yang harus diperhatikan dalam Majlis Ilmu yaitu tidak memotong pembicaraan guru yang sedang berbicara. Kadang kita dapati ada sebagian dari kita yang mengusik ketenangan majlis, dengan memotong pembicaraan sang guru, atau bahkan menghardik sang guru dengan hardikan yang keras.
Imam al-Bukhari membuat sub tema dalam kitab shahihnya dengan judul بَاب من سئل علما وهو مشتغل في حديثه فأتم الحديث (Bab Orang Yang ditanya tentang suatu Ilmu sementara ia sedang berbicara, maka hendaknya Dia menyempurnakan Pembicaraannya).”
- Beradab dalam Bertanya.
Seringkali kita dapati pada beberapa majlis ilmu ada yang bertanya dengan nada memaksa, terlebih lagi jawaban itu sudah ia ketahui. Maksud dari pertanyaan yang disampaikan hanyalah sekedar menguji sang guru, atau sebagai bentuk bangga diri karena ingin dilihat oleh orang lain, bahwa dia orang berilmu.
Imam adz-Dzahabi rahimahullah menceritakan dalam kitabnya; bahwa pada suatu hari di dalam majlis Sabthon – seorang ulama negri Andalus,- dikirim secarik kertas dari salah seorang raja yang menanyakan tentang bentuk dua daun timbangan di akhirat nanti, apakah terbuat dari emas atau dari perak ? Maka beliau pun membalikkan kertasnnya lalu menulis di atasnya,”Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda :
«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya)
Para Ulama sangat tidak menyukai dan menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk, atas orang yang bertanya tentang sesuatu yang belum terjadi.
- Meneladani Akhlak Guru.
Jika ada yang bertanya, Apakah saya tetap menghadiri majlis seorang guru yang pelajarannya tidak dipahami ?
Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah as-Sadhan menjawab, Hadirlah! Karena buakan satu-satunya menghadiri majlis ilmu hanya untuk mendapatkan faedah ilmiyah saja, namun di sana ada manfaat yang lain, di antaranya memperhatikan akhlak dan adab sang guru untuk ditiru.
Dikisahkan oleh As-Sam’ani rahimahullah dan yang lainnya, bahwa majlis Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dihadiri lebih dari lima ribu orang. Perawi mengatakan, “Liam ratus orang menulis sementara sisanya mengambil faidah dari tingkah laku, budi pekerti dan adab beliau rahimahullah. (Siar a’lam An-Nubala, 11/316)
Dirangkum dari kitab Ma’alim fii Thariq Thalibul Ilm karya Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan Hafidhohullah.
About the author
Endang Hermawan
Abu Rufaydah Endang Hermawan, Lc. MA. Beliau Lahir di Cianjur tahun 1989 Pendidikan Formal 1. SDN Citamiyang 2. SMP T dan SMA T di PONPES Al-Ma’shum Mardiyah 3. S1 Pendidikan Agama Islam di STAINDO 4. S1 Syari’ah di LIPIA JAKARTA 5. S2 Tafsir al-Qur’an PTIQ Jakarta Saat ini membina Yayasan Ibnu Unib untuk pembangunan Masjid dan Sumur dan Ketua Yayasan Cahaya Kalimah Thoyyibah bergerak di Pendidikan, Sosial dan Dakwah
Related Post
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.