Ketika anak telah mencapai usia empat tahun, sang ayah sebaiknya mengajak anaknya ke masjid, pasar, atau berkunjung ke kerabat dan temannya. Mengajak anak agar mendampingi ayah akan menumbuhkan jiwa social yang baik, dan menanamkan nilai-nilai luhur pada anak. ( Daur Bait Fii Tarbiyati Thiflil Muslim).
Rasulullah adalah sosok teladan dalam segala hal. Ia adalah ayah terbaik bagi anak-anaknya. Suami terbaik bagi istri-istrinya. Kakek terbaik bagi cucu-cucunya. Guru terbaik bagi murid-muridnya. Pemimpin terbaik bagi umatnya, dan seterusnya. Diantara hadits-hadits yang menjelaskan kebersamaan Nabi bersama cucunya adalah :
1. Dalam Shahihain dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah pernah shalat sambil membawa umamah binti Zainab binti Rasulullah. Zainab adalah istri dari Abul Ash bin Ar-Rabi. Bila berdiri, beliau menggendongnya, sedangkan bila sujud, beliau meletakannya. Hal itu dilakukan oleh beliau dalah shalat wajib.
2. Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ia berkata : “Rasulullah mencium hasan bin Ali dan disisi beliau ada Al-Aqra’ bin Haris. Al-Aqra pun berkata : “Saya memiliki sepuluh anak, namun saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka. Rasulullah memberhatikan dirinya lalu bersabda ; “Siapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi”.
3. Nabi juga pernah mencandai Hasan dan Husain. Beliau bergurau dan duduk bersama mereka berdua. Beliau pernah menggendong mereka berdua dipunggung beliau. Beliau juga pernah menjulurkan lidahnya ke Husain, dan apabila Husain melihat, ia pun tertawa. Beliau juga pernah menyimpen air di mulut beliau, lalu menyemprotkannya ke wajah Hasan, dan ia pun tertawa.
4. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab Radhiallahu Anhu pernah berjalan merangkak, sedangkan anak-anakanya naik dipunggungnya sambil bermain. Umar berjalan seperti kuda. Orang-orangpun masuk dan melihat Khalifah mereka sedang melakukan hal itu. Mereka berkata : “Apa engkau pantas melakukan hal itu, Wahai Amirul Mukminin ? Umar menjawab, “Ya, benar. Umar juga pernah berkata : “Seorang Ayah seharusnya menjadi seperti anak-anak (yaitu dalam kelembutan dan keterbukaan) dalam keluarganya.” Beginilah seharusnya sikap seorang ayah bersama anak-anaknya dirumah. Sedangkan, bila bersama khalayak, ia harus menjadi laki-laki (yang tegas). (Ahmad Al-Qhathan, hal. 24).
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.