KENAPA HANYA ALLAH YANG DISEMBAH ?
(Kajian Kitab Usul ats-Tsalatsah)
Oleh Abu Rufaydah
Allah berfirman;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴿٢١﴾ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allâh, padahal kamu mengetahui. [al-Baqarah/2:21-22]
- Tafsir Ayat
Allâh Azza wa Jalla menyebutkan langit dan bumi di antara nikmat-nikmat yang Dia sebutkan bagi mereka, karena melalui keduanya, mereka mendapatkan makanan pokok, rezki dan penghidupan serta penopang dunia mereka. Kemudian Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa Dzat yang menciptakan keduanya dan seluruh yang ada di dalam keduanya serta seluruh kenikmatan di dalamnya Dialah yang berhak ditaati oleh mereka dan berhak disyukuri dan diibadahi oleh mereka. (Tafsir Ibni Jariri 1/213)
Ini adalah kalimat perintah pertama dalam al-Qur`ân. Melalui ayat ini, Allâh Azza wa Jalla memanggil semuanya dengan ‘hai manusia’ agar menjadi seruan umum bagi seluruh umat manusia di setiap tempat dan di setiap masa. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan mereka untuk merealisasikan tujuan penciptaan mereka yaitu beribadah kepada-Nya yang mencakup unsure menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan membenarkan berita-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [adz-Dzâriyât/51:56]
Dalam menegaskan perintah ini, Allâh Azza wa Jalla menyertakannya dengan memperkenalkan Dzat-Nya kepada mereka agar mereka mengenal sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya. Tujuannya, agar mereka menyadari dan lebih mudah menyambut perintah ini dan akhirnya menjalankan ibadah kepada-Nya yang akan menyelamatkan mereka dari siksa-Nya dan mendatangkan ridha dan jannah bagi mereka. (Aisarut Tafâsir 1/29).
Intisari kandungan ayat ini ialah, Dialah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pemberi rezeki, Pemilik alam dan para penghuninya, Pemberi rezki bagi mereka. Sehingga Dia berhak menjadi satu-satunya Dzat yang diibadahi, tidak boleh ada sesuatu yang dipersekutukan dengan-Nya dalam jenis peribadahan apapun. (Tafsir Ibni Katsir 1/307)
- Pantaskah Selain Allah disembah ?
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لاَّ يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah (dalam ibadahmu) sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal (keagungan) Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” [Al-Hajj: 73-74]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
أَخْبَرَ تَعَالَى أَنَّهُ لَوِ اجْتَمَعَتْ آلِهَتُهُمْ كُلُّهَا، مَا اسْتَطَاعُوا خَلْقَ ذُبَابَةٍ، بَلْ لَوِ أستَلبتهم الذُّبَابَةُ شَيْئًا مِنْ حَقير الْمَطَاعِمِ وَطَارَتْ، لَمَا اسْتَطَاعُوا إِنْقَاذَ ذَلِكَ مِنْهَا، فَمَنْ هَذِهِ صِفَتُهُ وَحَالُهُ، كَيْفَ يُعْبَدُ لِيَرْزُقَ وَيُسْتَنْصَرُ؟ وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: {لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ} أَيْ: بَلْ هُمْ مَخْلُوقُونَ مَصْنُوعُونَ كَمَا قَالَ الْخَلِيلُ: {قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ}
“Allah ta’ala mengabarkan bahwa, andaikan seluruh sesembahan selain Allah bersatu untuk menciptakan seekor lalat niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya, bahkan jika seekor lalat merampas sedikit makanan dari mereka lalu terbang kembali, niscaya mereka tidak akan sanggup menyelematkan makanan tersebut darinya, maka makhluk yang sangat lemah pada sifat dan keadaannya ini, bagaimana mungkin disembah agar ia memberi rezeki dan dimintai pertolongan?!
Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman,
لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ
“(Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah) tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.” (An-Nahl: 19)
Maknanya: Bahkan mereka (sesembahan-sesembahan itu) adalah makhluk yang dibuat-buat.
Sebagaimana ucapan Al-Khalil (Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam, kepada orang-orang yang menyembah selain Allah):
قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Beliau berkata: Apakah patut kamu menyembah patung yang kamu pahat sediri, padahal Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan.” (Ash-Shofat: 95-96).” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/529]
- Tidak Cukup Mengakui Rububiyyah-
Ketika makhluk mengetahui tentang Rububiyyah Allah dan mengimani Dialah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pemberi rezeki, Pemilik alam dan para penghuninya, Pemberi rezki bagi mereka. Keyakinan ini tidak memasukkan seseorang ke dalam agama islam, sampai dia beribadah hanya kepada Allah.
Allah berfirman;
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا
“Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allâh Azza wa Jalla ”,
Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah berkata; Ini merupakan larangan terhadap perbuatan syirik lawan dari tauhid, yaitu “Janganlah kamu menjadikan tandingan-tandingan (bagi Allâh Azza wa Jalla ) dari kalangan makhluk, yaitu kamu beribadah kepada tandingan-tandingan itu sebagaimana kamu beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla , dan kamu mencintai mereka sebagaimana kamu mencintai Allâh Azza wa Jalla , sedangkan mereka seperti kamu, diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla , diberi rezeki oleh Allâh Azza wa Jalla , dikuasai oleh Allâh Azza wa Jalla . Mereka tidak memiliki apapun, meskipun seberat debu di bumi dan di langit. Dan mereka tidak dapat memberikan manfaat kepada kamu dan tidak dapat membahayakan kamu” (Tafsir Taisîr Karîmirrahmân, surat al-Baqarah ayat ke-22).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
الخَاِلقُ لِهَذِهِ الْأَشْيَاء هُوَ الْمُسْتَحِقٌ لِلعِبَادَةِ
Hanya yang menciptakan semua inilah yang berhak untuk disembah.
Kesimpulan dari pembahasan di atas, bahwa tidak cukup bagi seseorang mengakui, mengimani dan mengetahui bahwa Allah Maha Menciptakan, Mematikan, Memberikan Rizki, Maha Mengatur dan semua yang berkaitan dengan Rububiyyah Allah tidak menghantarkan seseorang kepada agama islam, sampai ia berikan semua ibadah kepada Allah. Oleh karena itu tidak boleh beribadah kepada makhluk, apakah dari kalangan malaikat yang dekat atau nabi dan rasul yang di utus, padahal mereka tidak diragukan kemuliaan dan kedudukannya di sisi Allah, ketika mereka termasuk bagian dari makhluk, maka tidak layak untuk disembah. Jika malaikat dan nabi yang memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah tidak layak disembah apalagi yang lebih rendah kedudukannya di banding mereka. Wallahu A’lam